31 Mei 2020

JANGAN ADA KBM DI SEKOLAH JIKA CORONA MASIH BERTENGGER

         Menyelamatkan warga bangsa ini
juga termasuk menyelamatkan warga
sekolah. Berpikirlah yang masuk akal!

         Virus  corona belum reda dan tidak
mungkin hilang. Karena tidak mungkin
hilang, bukan berarti berdamai dengan-
nya penuh keputus-asaan. Reda dahulu
seperti meredanya suara orang yang
sakit batuk.


        Jika Covid belum mereda, banyak
kemungkinannya. Yang positif makin
bertambah, yang meninggal juga makin
banyak. Kita hindari kematian warga
sekolah secara sia-sia.

         Menghindari kematian sia-sia warga
sekolah dengan cara menunda new
normal di sekolah. Ingat kawan, corona
masih memuncaki klasemen berita
positif dan kematian, meskipun yang
sembuh juga banyak.

         Kita jangan melihat data yang
sembuh semata. Sebab 1 nyawa pun
berharga untuk tetap hidup.

          Jangan coba-coba berjudi
dengan nyawa. Kekebalan tubuh
manusia tidak boleh dianggap
remeh.

          Membiarkan tubuh imun
terhadap Corona, tanpa vaksinasi
sama dengan membunuh pelan-
pelan.

           Lebih baik melanjutkan
kegiatan PJJ setelah pembukaan
PPDB tahun ajaran baru 2020/
2021 sampai wabah ini berlalu.

#menujukewarasanbaru

COVID-19 PENYERANG AGRESIF

         Orang-orang dengan
gejala AIDS (ODA) mungkin
bisa selamat dari HIV.
Namun belum tentu selamat
dari COVID-19. Sebab orang-
orang yang meninggal di-
sebabkan Virus Corona ada-
lah yang memiliki penyakit
bawaan, seperti jantung,
asma, bronkhitis, batuk,
radang saluran pernapasan
dan pneumonia.

         Tidak menutup adanya
kemungkinan ODA tidak mati
karena HIV, melainkan benteng
pertahanan terakhirnya mampu
ditembus oleh COVID-19.

         Adanya wabah Corona ini
menjadi pelajaran berharga bagi
umat manusia untuk hidup dalam
kaidah-kaidah agama.

         Orang-orang komunis pun
masih punya tatanan moral, meski-
pun mereka menepis keberadaan
Tuhan. Di mana pejabat yang korup
pun bisa dihukum mati. Padahal
komunis tidak percaya Tuhan.

         Dunia sedang mengalami siklus
100 tahun sekali. Dulu di tahun 1918
ada wabah flu Spanyol yang mampu
merenggut lebih kurang 25 juta jiwa
penduduk dunia. Setelah 101 tahun
berlalu muncul wabah baru yang
diimpor dari Tiongkok, tepatnya dari
Kota Wuhan, Provinsi Hubei.

        Di saat negara-negara berlomba
dengan kemajuan peradaban, Tuhan
mengulurkan Tangan-Nya melalui
Virus Corona. Agar manusia sadar.

         Banyak kerusakan alam yang
terjadi, karena ulah manusianya.
Corona mampu menyetop perang,
menyumpal mulut politikus rakus
dan lebay, cari muka dan bikin
muak mayarakat. Mampu menunda
pemilihan umum atau pemilihan
kepala daerah di semua negara.
Corona juga mampu menggerakkan
orang-orang kaya untuk berbagi.
Mampu menunda orang yang akan
pulang kampung. Ini untuk
memberikan kesadaran kepada
mereka, supaya hidup tidak boros.
Sebab itulah dengan adanya Corona
ini, tidak ada bedanya dengan
potret kemiskinan setelah pulang
kampung. Berfoya-foya selama di
kampung dan setelah kembali
menyisakan kemiskinan.

         Apabila COVID-19 ini bertahan
selamanya berduet dengan HIV
sampai kiamat tiba, itu lebih baik.
Agar manusia modern ini tetap di
dalam bayang-bayang sistem ter-
padu dan terintegrasi COVID-19
dan HIV. Dalam tatanan hidup
yang bermoral berlandaskan
agama, bukan ideologi-ideologi
duniawi, yang dipenuhi
kejanggalan dan rekayasa
penguasa dan kaki-tangannya.

SEKIAN


#menujukewarasanbaru

CORONA DAN KEWARASAN BARU

         Kewarasan baru itu akan
terwujud apabila situasi pandemik
corona di dunia sudah stagnan.
baca berita tentang Perancis, Finlandia
dan Korea Selatan; negar -negara
tersebut gagal dalam AKB (adaptasi
kebiasaan baru / New Normal Adaptation
(NNA).

          Republik Indonesia tidak perlu
buru-buru. Kita mau ke mana buru-buru?
Sementara negara lain sudah gagal dalam
menerapkan New Normal.

         Corona harus dilawan, tidak boleh
hidup berdampingan secara damai.
Itu penyakit, bukan kesenangan.

          Dunia pendidikan pun jangan terburu-
buru dibuka. Ingat negara maju pun perlu
waktu untuk membuat vaksin. New normal
di sekolah bukan untuk coba-coba.
Jatuh korban, baru dicabut lagi aturan
new normal di sekolah, keterlaluan.

         Kita tidak boleh gegabah, karena
menyangkut nyawa warga bangsa.
Orang awam pun pasti merasa belum
layak PSBB (Pembatasan Sosial Berskala
Besar) dilonggarkan.

          Termasuk kritikan saya tentang
finger print kerja. Atau situasi gawat dan
darurat, guru masih saja betah di dalam
sekolah meskipun tidak ada murid.
Untungnya mungkin (?) tidak ada guru
yang menjadi korban kebrutalan COVID-19.

Saya setuju FSGI (Forum Serikat Guru
Indonesia) yang mengusulkan tahun ajaran
baru 2020/2021 tidak boleh diundur, tetapi
pelaksanaan tatap muka di sekolah belum
bisa diterapkan dalam suasana Corona
belum melewati puncaknya, kemudian
melandai. KPAI (Komisi Perlindungan Anak
Indonesia) juga menyampaikan keberatannya
apabila sekolah aktif lagi di bulan Juli.

           Para orang tua pun sudah mengajukan
petisi keberatannya dan pasti mereka tidak
rela melepas putra-putrinya untuk mati sia-sia.

           Para guru seperti Saya pun bukan tidak
punya pendapat. Saya menilai pengambil
kebijakan tidak berpikir rasional. Juga tidak
memiliki pandangan sendiri, serba ikut-ikutan
dan berjiwa hedonisme dalam menyikapi
dunia pendidikan: ABIS (Asal Bapak / Ibu
Senang. Mereka melek tapi merem dengan
data yang ditampilkan. korban-korban Corona
yang dikubur sejak awal Maret 2020. Para
penggali kubur jangan dikecualikan, mereka
yang tahu jumlah mayat yang dikuburkan.

         Orang Indonesia yang waras saja yang
tahu, sekarang belum saatnya new normal.


#menujukewarasanbaru

REKRUT TKA, KARENA TKA GA PERLU SHOLAT

     TKA Tiongkok akan masuk lagi ke Indonesia, meskipun kemung- kinan akan menyebar virus coro- na lagi.       Mereka rajin bekerja, k...