Tarik ulur wacana new normal
tidak lepas dari peran publik. Mayo-
ritas warga bangsa tidak mengharap-
kan new normal diterapkan dalam
pekan ini atau pekan depan.
Alasan rakyat Indonesia sangat
masuk akal lantaran pelandaian co-
vid-19 belum terjadi di Indonesia.
Penerapan new normal yang di-
gadang-gadang akan menormalkan
perekonomian negara terkesan ter-
lalu dipaksakan :
1) Masih banyak zona merah
2) Physical distancing di tempat ibadah,
fasilitas umum dan sekolah yang
akan diterapkan dengan ketat me-
nandakan Corona masih merupakan
ancaman
3) Her immunity di balik new normal
menimbulkan keresahan, sebab
kita tak mau jadi kelinci percobaan
untuk mati
Di mana-mana masyarakat juga tak
menginginkan sekolah dibuka dalam
waktu dekat. Daripada mengorbankan
generasi masa depan bangsa mati sia-
sia lebih baik pemerintah memerhati-
kan data persebaran COVID-19.
Setelah PPDB 2020/2021 tidak men-
jadi masalah apabila pembelajaran jarak
jauh kembali dilaksanakan. Saya seba-
gai guru paham sekali mengenai peni-
laian. Serumit apa pun assesment yang
diharapkan, ujung-ujungnya nilai juga
tidak boleh rendah, disesuaikan de-
ngan KKM (kriteria ketuntasan mini-
mal).
Aspirasi siswa yang mengingin-
kan kembali bersekolah, karena jenuh
PJJ, rindu kawan, rindu guru dan lain-
lain kerinduan hendaknya ditanggapi
dengan nalar yang tepat.
Tidak serta-merta kerinduan sis-
wa terhadap sekolah, lantas menjadi
acuan membuka sekolah. Ada pun di
balik kerinduan tersebut terkandung
keresahan:
1) PJJ terlalu banyak tugas
2) TVRI ikut membuat siswa stres,
karena ada kewajiban mencatat
materi tayangan dan menjawab
soal di akhir tayangan
Ujian semester, ujian kenaikan
kelas dan ujian akhir di masa PJJ sebenarnya juga tidak perlu dilaku-
kan. Seperti yang Saya ungkapkan
di depan, serumit apa pun assesment
ujung-ujungnya KKM juga. Oleh ka-
rena itu bentuk apa pun PJJ sebaik-
nya diserahkan kepada masing-ma-
sing guru. Guru yang paling tahu
cara mengajar dan menilai.
#menujukewarasanbaru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar