Sungguh miris, kerja duniawi
mengalahkan bekal akhirat nanti.
Setidaknya itu yang menjadi alasan
orang-orang di perusahaan, pabrik,
gerai, kantor dan layanan publik
lainnya menggunakan aturannya
yang menapikan kebutuhan religius.
Seakan 1 detik pun orang tidak
boleh berhenti bekerja. Bahkan di
negeri makmur, yang mayoritas ka-
tanya muslim mendatangkan beribu-
ribu TKA (tenaga kerja asing) karena
mereka rajin bekerja tanpa perlu
shalat.
Camkan baik-baik, hitung-hitung-
an dunia ukurannya dunia saja. Ke-
cuali bila manusia menganggap negeri
kunjungan terakhir tidak ada.
Shalat yang hanya menghabiskan
durasi 5 menit + jalan menuju masjid
atau mushola lebih kurang bolak-balik
+ wudhu memakan waktu 45 menit x
2 atau 3 waktu shalat di tempat kerja =
90 menit sampai 2 jam 15 menit,
tidak akan merugikan tempat kerja.
Sebab keuntungan dan kerugian sudah
diatur oleh Allah SWT.
Sekarang tengok, wabah Corona
telah mampu memorak-porandakan
ekonomi yang sudah berjalan. Target
pertumbuhan 5% - 6 % cuma isapan
jempol belaka.
Ingat kita mencari penghidupan
jangan hanya 3 K ( kerja, kerja dan
kerja). Tapi seharusnya KIUA (kerja dan
Ibadah untuk Akhirat). Itu yang nama-
nya negeri Aman, Damai dan Sejahtera
Lahir dan Batin.
#menujukewarasanbaru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar